Kamis, 02 April 2009

Peluang Energi Terbarukan

Kalbar memiliki potensi energi terbarukan. Peluang itu ada. Namun, potensi belum banyak digali, karena belum adanya kesamaan pandang antara pemerintah daerah, pusat, dan berbagai pemangku kebijakan. Itulah rangkuman dari seminar Internasional bertema “Peluang dan Ancaman Energi Terbarukan di Kalimantan Barat” di Amphi Theatre, Fakultas Kedokteran Untan, Sabtu (21/3).

Acara dibuka rektor Universitas Tanjungpura Pontianak, Chairil Effendi. Kegiatan diselenggarakan berkat kerja sama antara Borneo Tribune, Tribune Institute, BAPPEDA Kalbar, Universitas Tanjungpura dan Bonn University.

“Energi memiliki peran penting dalam kehidupan manusia. Tetapi penggunaan energi di Kalimantan Barat, dirasakan masih kecil jumlahnya,” kata Chairil, saat membuka kegiatan.

Hadir sebagai pembicara pertama, Oliver Pye dari Bonn University. Ia memulai seminar dengan hubungan antara perubahan iklim dengan kebijakan Uni Eropa dalam permasalahan biofuel. Menurutnya, Eropa memiliki tanggung jawab besar mengenai penggunaan biofuel di dunia.
“Perubahan iklim merupakan permasalahan yang serius dan memerlukan perhatian yang serius pula”, ujar Oliver.

Titik temu permasalahan adalah Global Warming merupakan isu global yang sedang hangat dan memberi efek besar di setiap belahan dunia. Perubahan iklim mengakibatkan kenaikan suhu di berbagai negara dan wilayah dunia.

“Oleh karena itu, Uni Eropa juga memiliki peran penting dalam mengatasi permasalahan ini,” kata Oliver.

Menyikapi permasalahan ini, masyarakat Pontianak, khususnya, dan Kalimantan Barat, umumnya, harus mulai menyadari arti penting menjaga lingkungan. Disamping itu, pemerintah juga mesti ambil bagian. Terutama dalam membuat kebijakan, guna mengatasi permasalahan ini. Terutama memberdayakan sumber daya alam di Kalimantan Barat, menjadi energi baru bagi kehidupan.

Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kalimantan Barat, Fathan A. Rasyid menyatakan, pemerintah sekarang ini sedang mengembangkan Program Desa Mandiri Energi, dimana desa tersebut bisa memenuhi kebutuhan energi dengan sumber daya yang ada di desa itu sendiri. “Desa Mandiri Energi menggunakan energi alternatif, dalam kehidupan sehari-hari,” kata Fathan.

Pemerintah sudah mulai menemukan beberapa alternatif energi terbarukan. Misalnya energi panel surya, hidro air, jarak, dan lainnya. “Kami sudah pernah mencoba matahari dan air sebagai alternatif energi terbarukan. Misalnya, lampu-lampu 50 watt yang menggunakan energi matahari,” kata Fathan, saat ditemui seusai seminar.

Fathan menambahkan, Kalbar sebenarnya memiliki banyak SDA yang bisa menjadi potensi energi. Akan tetapi, pengelolaan dan pengembangannya masih dirasa kurang, karena masalah pendanaan. Pemerintah harusnya memberikan dana riset dan developmen dalam masalah ini.

Bila Pemda bisa mengembangkan potensi itu, bisa dipastikan Kalbar dapat menjadi daerah exporting province atau provinsi yang sanggup mengekspor energi. Selain itu, pabrik prototype kelapa sawit. Namun, untuk mewujudkan hal tersebut diperlukan modal besar, tenaga kerja, dan perencanaan yang matang.

Hal senada juga dilontarkan Kepala Pusat Studi Energi Untan, Ismail Yusuf. Menurutnya, energi alternatif bisa diterapkan di Kalbar, seperti tenaga matahari yang disebutnya Photovoltaic.

“Penggunaan strategi ini lebih bersih dan lebih ekonomis, apabila diterapkan di Kalbar. Sudah saatnya, Kalbar menggunakan strategi seperti yang digunakan Spanyol dan Jepang,” kata Ismail.

Di sisi lain, Dekan Fakultas MIPA Untan, Thamrin Usman lebih menekankan pada kekuatan potensi energi baru yang dimiliki Kalbar. Dalam kesempatan ini, Thamrin memberikan contoh penggunaan biodiesel sebagai alternatif energi dan bahan bakar.

“Di Perancis, misalnya, transportasi umum sudah menggunakan biodiesel sebagai bahan bakar baru. Kita sendiri saat ini mulai mencoba mengembangkan alternatif energi yang baru, semoga nanti bisa diterapkan dalam kehidupan sehari-hari,” kata Thamrin.

Alternatif energi terbarukan merupakan prospek bagus untuk Kalbar kedepan. Namun, untuk mewujudkan itu semua, diperlukan pengkajian yang dalam dan solusi-solusi yang nyata dari semua pihak.

Karenanya, Pemimpin Redaksi Borneo Tribune, Nur Iskandar dalam ceramah singkatnya mengatakan, Borneo Tribune siap menampung berbagai tulisan, saran dan solusi kongkrit yang berhubungan dengan energi terbarukan di Kalbar. Media memiliki kontribusi dalam permasalahan seperti ini.

“Kami merespon dengan antusias setiap masukan dan tulisan yang berhubungan dengan potensi dan ancaman energi terbarukan, penerapan dan strategi pengembangannya,” katanya. Jadi, media juga memiliki peran penting menyampaikan informasi kepada masyarakat. Bukan hanya seputar pembunuhan, politik dan lain sebagainya.

Dalam rangkaian seminar ini, juga dilakukan penandatanganan Master of Understanding (MOU) antara Bonn University, Oliver Pye, Rektor Untan yang diwakili Pembantu Rektor 4, Muhammad Iqbal, dan Tribune Institute.

0 komentar: