Jumat, 22 Februari 2008

Sebuah Draf Agenda Acara untuk Kongres Kebudayaan Kalbar


Wacana seputar kongres masyarakat Kalimantan Barat terus bergulir. Salah satunya seputar kongres kebudayaan Kalbar. Selama ini, kita tidak pernah tahu seperti apa kongres kebudayaan itu sebenarnya. Yang terbaru kemarin hanyalah seputar pemilihan ketua umum Majelis Adat Budaya Melayu (MABM) pasca Bapak Abang Imien Thaha. Masyarakat awam di Kalbar tentunya masih kebingungan dengan isu-isu seputar kongres ini. Di Kalbar sendiri memang belum pernah diadakan kongres serupa selama beberapa tahun terakhir. Begitu juga dengan kongres kebudayaan nasional yang rencananya akan digelar di Bali bulan April mendatang. Ada baiknya sebelum kongres kebudayaan nasional yang digelar di Bali, kongres kebudayaan yang berbau lokal diadakan di Kalbar ini. Tujuannya tentu saja untuk merumuskan beberapa hal yang hasru dibahas pada kongres kebudayaan di Bali. Itupun andaikata dari Kalbar sendiri ada yang akan menjadi salah satu peserta pada kongres tersebut.

Pada kongres kebudayaan di daerah Kalbar sendiri banyak hal yang bisa dibahas. Akan tetapi sebelum itu, dapat penulis tawarkan beberapa draf agenda acara yang akan dibahas pada saat kongres. Diantaranya berupa tujuan kegiatan, latar belakang, target kegiatan, target peserta, persidangan, dan lain sebagainya. Kongres kebudayaan ini tentunya bertujuan untuk menampung persepsi, aspirasi, minat dan perhatian anggota mayarakat luas terhadap kebudayaan khususnya kebudayaan yang ada di Kalbar, memberikan kesempatan kepada tokoh masyarakat, budayawaan, pakar budaya, seniman, ilmuwan, pemangku adat, profesional, dan pejabat pemerintah untuk berdialog, tukar menukar pengalaman, menggali dan merumuskan pemikiran dalam upaya pelestarian dan pengembangan kebudayaan daerah serta menghimpun bahan masukan untuk dipakai sebagai bahan penyempurnaan kebijakan memajukan kebudayaan Kalbar (disadur dari www.kongresbud.budpar.com pada tanggal 10 Januri 2008).

Latar belakang kongres kebudayaan tentunya telah dipaparkan diatas, yaitu sebagai wadah pemersatu kebudayaan yang ada di Kalbar. Mengingat beberapa ‘kejadian’ mengenaskan yang terjadi sepuluh tahun terakhir di Kalbar yang masih membawa unsur-unsur kebudayaan di dalamnya. Konflik-konflik yang terjadi tak lebih karena kurangnya rasa saling memahami antar budaya satu dengan budaya lainnya. Selain itu, sikap multikulturalisme yang selalu digembar-gemborkan sebagai sikap masyarakat modern ternyata hanya sampai omongan saja ketika menelisik di lapangan, hasilnya nonsense. Oleh karena itulah kongres ini benar-benar perlu diselenggarakan, setidaknya untuk meminimalisir hal-hal yang penulis rasa tidak perlu terjadi lagi di era modern seperti sekarang ini. Teknologi dan komunikasi yang telah canggih tentunya dapat membantu teman-teman kita lainnya yang berada jauh di pelosok daerah untuk lebih mengetahui seperti kebudayaan masyarakat lain.

Setiap kegiatan yang pernah diselenggarakan tentunya memiliki target yang ingin dicapai para penyelenggaranya, baik itu target kegiatan maupun target peserta. Pada kongres kebudayaan Kalbar ini, setidaknya penulis menempatkan diri sebagai penyelenggara, menargetkan dari kegiatan ini akan terciptanya kehidupan yang dinamis dan harmonis dalam bermasyarakat. Selain itu, peserta kongres dapat memahami kekurangan dan kelebihan yang dimiliki budaya satu dengan budaya lainnya. Pada kongres kali ini, pesertanya dapat berasal dari budayawan, akademisi, agamawan, cendekiawan, pemangku adat, bahkan masyarakat awam itu sendiri. Dan alangkah lebih bagusnya ketika kongres ini berlangsung, media juga turut andil mempublikasikannya, karena hasilnya akan lebih bermanfaat buat masyarakat yang tidak terlibat di dalam kongres sebagai peserta.

Di dalam kongres nanti, akan ada banyak hal yang dibahas. Karena itu, persidangan dalam kongres dapat dibagi menjadi beberapa bagian seperti sidang pleno, sidang komisi dan sidang paripurna. Dalam sidang pleno I – seperti sidang-sidang yang pernah kita alami – akan dibahas draf tata tertib, draf agenda acara, dan draf-draf lainnya yang nantinya akan disahkan oleh pimpinan sidang sebagai suatu ketentuan sidang yang sah. Apabila ada peserta yang tidak mematuhi hasil dari sidang pleno pertama ini tentunya akan diberikan ‘ganjaran’ oleh pimpinan sidang dan dengan kesepakatan seluruh peserta sidang. Sementara itu, sidang pleno II berisi beberapa pembahasan seperti rekomendasi internal dan eksternal kebudayaan Kalbar, yang akan dibahas per komisi dan selanjutnya dipaparkan pada sidang paripurna.

Dari hasil persidangan itulah akan dirumuskan beberapa hal – layaknya sebuah piagam madinah – yang bermanfaat untuk semua kalangan. Baik itu masyarakat, akademisi, profesional, budayawan, dan yang lainnya. Hasil kongres kebudayaan ini nanti dapat ditawarkan dalam kongres kebudayaan nasional guna membangun kembali nilai-nilai kebudayaan Indonesia yang sempat tenggelam. Hal yang paling menyakitkan adalah ketika kita sendiri tidak tahu seperti kebudayaan kita dan ketika kita tahu ternyata kebudayaan tersebut telah menjadi hak milik negara lain.

0 komentar: