Minggu, 24 Februari 2008

Komunikasi Pilkada


Sebagai makhluk sosial, manusia membutuhkan orang lain untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Dengan adanya orang lain, telah memberikan harapan dan keinginan. Harapan dan keinginan tersebut hanya akan terwujud apabila komunikasi yang dilakukan dapat berjalan dengan baik dan lancar. Komunikasi yang baik hanya bisa terjadi apabila antara komunikator dengan komunikan terjadi kesamaan dalam persepsi tentang sesuatu yang sedang diperbincangkan. Seperti definisi komunikasi secara bahasa yang artinya sama makna. Komunikasi dapat diartikan sebagai proses pertukaran pikiran atau gagasan hingga pada upaya merubah tingkah laku (Everett M. Rogers dan Carl I. Hovland: 1948), atau pola hubungan yang terjadi antar manusia, baik disadari atau tidak, verbal atau nonverbal, langsung atau melalui media, dalam eksistensi manusia sebagai makhluk sosial (Ibrahim MS dalam Jurnal Khatulistiwa: 2005).

Dalam kehidupan manusia yang beragam etnis, budaya, agama, partai politik, kepentingan, dan sebagainya menandakan komunikasi harus dibangun. Komunikasi merupakan proses yang menghubungkan bagian-bagian dari kehidupan manusia yang awalnya saling terpisah menjadi satu kesatuan. Begitu juga dengan Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) yang penuh dengan pro dan kontra merupakan suatu kondisi bertemunya dan terhubungnya bagian-bagian kehidupan tersebut.

Pilkada tidak bisa dipisahkan dengan komunikasi. Keduanya memiliki unsur yang hampir sama, karena keduanya mensyaratkan pengetahuan agar komunikasi yang dibangun dapat berjalan secara baik dan efektif. Selain itu, pemahaman yang baik tentang komunikasi akan sangat membantu dalam perbaikan format hubungan dan interaksi komunikasi dalam pilkada.

Pilkada Kalimantan Barat merupakan pencerminan bahwasanya komunikasi juga ikut ambil bagian dalam pesta demokrasi terbesar di Kalimantan Barat tersebut. Pilkada membutuhkan komunikasi baik secara personal maupun kelompok. Karena hanya dengan komunikasi yang baik akan tercipta kondisi yang aman dan damai.

Dengan banyaknya sarana yang semakin mempermudah komunikasi antar person ataupun kelompok, maka memungkinkan tidak terjadinya discommunication antar kelompok tersebut. Media cetak seperti koran atau majalah, media elektronik seperti radio dan televisi, dan media nir-massa seperti spanduk, pamflet dan stiker-stiker telah banyak membantu dalam hal mengomunikasikan program-program perbaikan pasangan Calon Gubernur (cagub) Kalimantan Barat kepada masyarakat.

Pada kenyataannya, komunikasi sangat begitu kompleks dan sangat penting bagi eksistensi manusia. Menurut hemat penulis, pilkada hari ini yang sebentar lagi kita laksanakan juga merupakan komunikasi, lebih tepatnya komunikasi politik. Disitu ada Cagub dan Cawagub sebagai komunikator, masyarakat sebagai komunikan, program atau visi dan misinya sebagai pesan, media sebagai channel dan tanggapan dari masyarakat itu sendiri sebagai efek dari proses komunikasi tersebut.

Komunikasi yang dibangun oleh Cagub dan Cawagub kepada masyarakat merupakan sarana sosialisasi. Sosialisasi kepada masyarakat adalah bentuk untuk semakin memperkokoh eksistensi sebagai makhluk sosial yang sangat membutuhkan orang lain. Hal ini ditandai dengan membangun kepercayaan terhadap masyarakat misalnya melalui program-program pengentasan kemiskinan, pengadaan lapangan kerja, pendidikan gratis dan sebagainya. Dengan tersampaikannya message tersebut kepada komunikan (masyarakat) melalui kemampuan berkomunikasi yang baik diharapkan terjadinya hubungan timbal balik antara komunikator dan komunikan.

Memang tidak mudah untuk membangun komunikasi yang efektif. Komunikator harus bisa membawa komunikan mempunyai persepsi yang sama terhadap dirinya. Program-program dan argumentasi yang diberikan selain harus logis dan ilmiah, juga harus menyentuh, dapat meyakinkan dan “menghipnotis” semua komunikan. Hanya dengan hal tersebut komunikasi akan menjadi lancar dan bebas hambatan.

Berarti, komunikasi yang dibangun tidak hanya pada satu arah saja (one way communication) tetapi juga harus menjadikan komunikasi sebagai interaksi (two way communication-interactive) dan sebagai transaksi (transaction communication). Oleh karena itu, secara umum komunikasi memerlukan kemampuan untuk mengerti secara sadar keseluruhan aspeknya. Dengan mengerti keseluruhan aspeknya maka diharapkan mampu melaksanakan peran dan fungsi secara maksimal bagi terwujudnya harapan dan cita-cita bersama (Arnold William dan Lynne McClure: 2000).

Komunikasi merupakan langkah awal untuk memperkokoh eksistensi diri, eksistensi sosial, eksistensi daerah, bangsa dan negara. Menciptakan komunikasi yang baik berarti membangun komitmen untuk menyatukan aspek-aspek kehidupan yang awalnya terpisah. Dengan bersatunya aspek-aspek kehidupan tersebut, konflik-konflik internal akan mudah untuk diminimalisir dan pembangunan daerah percontohan bagi Kalimantan Barat akan terwujud dengan sendirinya.

0 komentar: