Selasa, 19 Agustus 2008

Hari-hari Menjelang Keberangkatan (Part One)

I think just in my imagination when I read in my electronic mail that I get this scholarship. Aku tidak pernah berharap akan mendapatkannya saat dosenku meminta aku dan beberapa temanku untuk mengisi aplikasi peserta beasiswa. Kak Yanti dan Aku sama-sama duduk sebagai mahasiswi semester 6 Program Studi Komunikasi Penyiaran Islam (KPI) Jurusan Dakwah. Zuraida, mahasiswi semester 6 Program Studi Ekonomi Islam Jurusan Syari’ah dan Kusuma Oktavia – dipanggil Okta – mahasiswi Program Studi Pendidikan Bahasa Arab (PBA) Jurusan Tarbiyah semester 6. The Indonesia English Language Study Program (IELSP) nama programnya. Hardianti – yang biasa kupanggil Kak Yanti, Zuraida, Okta dan Aku sendiri berjuang cukup keras selama dua hari untuk mengisi seluruh formulir itu.. Parahnya, aplikasi itu harus diisi dengan bahasa inggris. Kami berjuang bersama-sama untuk mengisi aplikasi itu walaupun harus bergadang untuk mengisi semua itu.

Selanjutnya, beberapa hari kemudian, kami dihubungi oleh Mrs. Regina, beliau sepertinya mendapat mandat dari pihak The Indonesian International Education Foundation (IIEF) yang berlokasi di Jakarta, untuk tes wawancara. Kami berempat saling berhubungan baik via telepon maupun via sms untuk mematikan bahwa kami mendapatkan telepon itu juga. Tak disangka bahwa kami berempat mendapatkannya. Wawancara akan dilakukan di gedung Magister Hukum Universitas Tanjungpura. Kami menyadari bahwa kami belum melakukan persiapan secara maksimal. Kami hanya membaca sedikit literatur dan beberapa poin yang terdapat di aplikasi.

Sesampai disana, kami tidak bisa menahan rasa grogi. Merasa takut tidak bisa melakukan tes ini dengan baik.

“Ape nak kite jawab ni, Dek?” tanya Kak Yanti padaku.

“Eh, pandai-pandai jak lah kak...e...ape yang kite bise....”

“Ih...Okta grogi nih...cobe rase tangan Okta sejuk...”

“Samelah...kame’ tak ada persiapan ni....” kata Zuraida.

Disana kami bertemu dengan anak-anak dari Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Bahasa Inggris. Duh, makin tambah pesimis kami untuk melakukan tes ini.

“Ya, Allah, Kak....liatlah saingan kite...anak FKIP Inggris semue...” kataku pada Kak Yanti sambil berbisik.

“Nampaknye sih peluangnye kecik nih....” sambung Okta.

“Tak ape-ape...yang penting kite nyoba jak dulu....mane gak tau kan....”sahut Zurai.

Perasaan nervous kami makin menjadi saat melihat yang mewawancarai kami datang. Dia dibantu oleh Bu Dewi (kalo nggak salah sih namanya Dewi) dari UPT Bahasa Untan. Bu Dewi menempelkan jadwal wawancara (aku melihat ada 13 orang yang akan diwawancara. Artinya ada selusin mahasiswa yang akan menjadi sainganku) dan alhamdulillah kami semua mendapatkan giliran pertama. Satu persatu anak-anak dari Untan pulang karena jadwal mereka setelah kami. Okta mendapat giliran pertam.

“Ya Allah...ape yang nak Okta jawab nih...”

“Eh...bantai-bantai jak lah, Ta, kalau perlu pake jak bahasa arab Okta tuh...” sahut Kak Yanti.

Setelah Okta, kemudian Kak Yanti, Aku dan barulah Zuraida. Wawancara itu selesai hingga pukul 13.00 WIB.

“Gimane tadi?” tanyaku pada mereka bertiga.

“Aduh, Yan....Okta jawabnye setengah-setengah...pake bahasa inggris setengah pake bahasa indonesia setengah...”

“Samelah....” aku dan Zuraida menimpali.

“Yang parah tuh Yanti....campor-campor lah, Inggris-Indonesia-Melayu....hehehe” Kami semua tertawa.

“Tinggal tunggu hasilnye jak lah nih.....” sahut Zurai.

Setelah semua kena giliran wawancara, kami semua meluncur ke kampus setelah sebelumnya diberitahu oleh Bu Dewi akan ada tes TOEFL untuk kami yang masih prediksi (khususnya buatku Okta dan Kak Yanti). Kami singgah di warung Pak Karim, kelaparan setelah menguras otak seharian dengan wawancara (apa hubungannya coba antara otak sama perut...hehehe).

Beberapa Hari Kemudian......

Sekitar seminggu setelah tes wawancara, Aku, Kak Yanti dan Okta dihubungi oleh pihak IIEF dari Jakarta untuk melaksanakan tes TOEFL di UPT Bahasa Untan. Hari itu hari Selasa (tanggal tepatnya nggak tahu abisnya nggak dicatat J) Aku, Kak Yanti dan Okta janjian untuk pergi kesana bersama-sama. Agak nervous ketika melihat UPT Bahasa Untan yang dikelilngi “pernak-pernik berbahasa inggris”. Berbeda sekali dengan yang di kampusku (but I still Love my college, STAIN!!!). Awalnya kami santai-santai saja, tetapi setelah melihat Bu Dewi dengan anggunnya masuk ke ruangan, kami mulai grogi. Saat masuk ruangan, hawa sejuk dari air conditioner menerpa kami, hingga kami merasa semakin nervous. Akhirnya saat tes pun tiba.......

“Dek...ape yang nak Yanti jawab nih.....”

“Jawab-jawab yak kak e....kalo nasib mane tau kan....”

Akhirnya Bu Dewi menjelaskan what must we do and we don’t. Setelah melewati perjuangan panjang selama dua jam...akhirnya kami keluar dari ruangan yang diberi nama Shakespeare itu. Oya tambahan satu informasi, di dalam UPT Bahasa itu setiap ruangan diberi nama. Untuk tes TOEFL, kami berada di ruangan Shakespeare.

“Ih....ngape lebih sulit dari yang prediksi di kampus kite ye?” tanya Okta saat kami keluar dari UPT.

“Entahlah...ape katenye tuh kak? Dian dikit-dikit jak bisenye” tanyaku pada Kak Yanti merujuk pada tes Listening pada saat TOEFL itu.

“Adek jak tak tahu apelagi Yanti...hehehe”

Kami pun pulang tanpa mimpi yang berlebihan. Mimpi akan mendapatkan beasiswa itu.

Part One Fin...

0 komentar: